4 Kumpulan Puisi Hasil Karya Amir Hamzah Yang Populer – Siapa sih yang tidak suka dengan puisi? Kata-kata yang indah dengan syair yang penuh makna. Kadang ketika membaca atau mendengarkan puisi bahkan bisa sampai baper (bawa perasaan).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi juga diartikan sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat. Para ahli menjelaskan arti puisi dalam definisi yang bervariasi.
Tahukan kamu dengan salah satu penyair yang terkenal ini? Ya, Amir Hamzah.
Tengkoe Amir Hamzah, yang bernama lengkap Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indra Poetera, atau lebih dikenal hanya dengan nama pena Amir Hamzah adalah sastrawan Indonesia angkatan Poedjangga Baroe dan Pahlawan Nasional Indonesia.
Amir Hamzah tidak hanya menjadi penyair besar pada zaman Pujangga Baru, melainkan juga menjadi penyair yang diakui kemampuannya dalam bahasa Melayu-Indonesia hingga sekarang.
Amir Hamzah juga dikenal sebagai seorang tokoh yang sangat vocal dalam memperjuangkan Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Nasional Indonesia. Ia berperan besar dalam diputuskannya Bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan Indonesia.
Nah, dalam artikel ini kita akan memberikan kumpulan puisi hasil karya Amir Hamzah yang sangat populer. Yuk. simak berikut kumpulan puisinya.
4 Kumpulan Puisi Hasil Karya Amir Hamzah Yang Populer
1. Buah Rindu
Dikau sambur limbur pada senja
Dikau alkamar purnama raya
Asalkan kanda bergurau senda
Dengan adinda tajuk mahkota.
Dituan rama-rama melayang
Didinda dendang sayang
Asalkan Kanda selang-menyelang
Melihat Adinda kekasih abang.
Ibu, seruku ini laksana pemburu
Memikat perkutut di pohon ru
Sepantun swara laguan rindu
Menangisi kelana berhati mutu.
Kelana jauh duduk merantau
Di balik gunung dewala hijau
Di Seberang laut cermin silau
Tanah Jawa mahkota pulau.
Buah kenanganku entah ke mana
Lalu mengembara ke sini sana
Haram berkata sepatah jua
Ia lalu meninggalkan beta.
Ibu, lihatlah anakmu muda belia
Setiap waktu sepanjang masa
Duduk termenung berhati duka
Laksana Asmara kehilangan seroja.
Bunda waktu tuan melahirkan beta
Pada subuh kembang cempaka
Adakah ibu menaruh sangka
Bahwa begini peminta anakda?
Wah kalau begini naga-naganya
Kayu basah dimakan api
Aduh kalau begini laku rupanya
Tentulah badan lekaslah fani.
2. Berdiri Aku
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Menjulang datang ubur berkembang
Angin pulang menyejuk
Bumi Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas talas
Benang raja mencelup ujung
Naik marak mengerak corak
Elang leka sayap tergulung
Dimabuk warna berarak-arak
Dalam rupa mahasempurna
Rindu-sendu mengharu kalbu Ingin datang merasa sentosa
Menyecap hidup bertentu tuju.
3. Dalam Matamu
Tanahku sayang berhamparkan daun
bersinar cahaya lemah gemilang
dari jauh datang mengalun
suara menderu selang-menyelang
Renggang rapat berpegang jari
kita mendaki bukit tanahmu
dinda berkhabar bijak berperi
kelu kanda kerana katamu
Berhenti kita sejurus lalu
berdekatan duduk sentosa semata
hatiku sendu merindu chumbu
kesuma sekaki abang kelana.
Hilang himpau air terjun
bunga rimba bertudung lingkup
kanda memangku sekar suhun
lampai permai mata tertutup.
Remuk redam duka di dada
dihanyutkan arus dewa bahagia
menjelma kanda di bibir kesumba
rasa menginyam madu swarga.
Dalam matamu tenang sentosa
kanda memungut bunga percaya
japamantera di kala duka
pelerai rindu di malam cuaca.
Dalam matamu jernih bersih
kanda kumpulkan mutiara cinta
akan tajuk mahkota kasih
kanda sembahkan kepada bonda.
4. Padamu Jua
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Kaulah kendi kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia, selalu
Satu kasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa darah di balik tirai
Kasihku sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu – bukan giliranku
Mati hari – bukan kawanku.
Itulah 4 kumpulan puisi hasil karya Amir Hamzah yang sangat populer. Puisi tersebut dapat kamu jadikan ke bahan bacaan puisi kamu. Semoga bermanfaat!